Cinta Pertama Itu...

Untukmu, wanita yang kubenci sejak 3 SD, wanita yang kucintai saat 6 SD

Boleh basa-basi sedikit? Sudah berapa lama ya kita tidak bertemu? Tiga tahunkah? Bagaimana wujudmu saat ini? Masihkah pipimu merah ketika cahaya matahari  menciumi lembut pipimu? Masihkah rambutmu keriting dan klimis ketika keringat membasahi tempurung kepalamu? Masihkah kamu membawa saputangan untuk membasuh keringatmu? Apakah semua telah berbeda?

Untukmu, si unik dengan senyum fantastik

Aku bertanya-tanya, bagaimana sinar matamu saat ini? Masihkah sejuk dan beningnya seperti dulu? Seperti kala kita membagi bekal bersama. Saat anak-anak yang lain sibuk bermain, aku dan kamu malah duduk di bangku kelas, hanya berdua. Sambil mengunyah nasi yang masih penuh di mulutmu, kau bercerita banyak hal padaku. Sewaktu itu, kau masih bercita-cita ingin menjadi polwan, dan aku bercita-cita ingin menjadi pilot, mengikuti pamanku. Mengingat kenangan itu memang indah, mampu membuat seseorang tersenyum walaupun masa itu tak akan pernah kembali.

Untukmu, yang sekarang entah berada di mana

Dulu, saat pertama kali bertemu, aku sangat membencimu. Aku benci ketika tahu kau berada diranking tiga dan aku berada diranking dua. Kamu anak baru! Kenapa ingin mengejarku dan langsung melesat masuk ke peringkat tiga? Hey! Kau buatku gila! Sampai duduk di bangku kelas 6 pun, kita masih saja sekelas. Astaga Tuhan, siksaan apalagi ini? Tapi, entah mengapa, ada titik dimana kita tak seperti musuh, ada saat dimana kita tiba-tiba menjadi dekat, dan aku tak pernah tahu mengapa rasa benci itu berubah menjadi begini. Entah mengapa rasa iri itu berevolusi menjadi cinta dalam usia dini.

Saat paduan suara, aku tahu kamu sering melihatku diam-diam, karena berkali-kali aku menangkap basah kamu sedang menatapku. Saat aku jadi dirigen upacara setiap hari Senin, kau selalu berbaris di barisan depan, kau selalu menyanyi dengan suara lantang. Hey! Saat itu kita masih duduk di bangku sekolah dasar! Mengapa kau ajarkan perasaan aneh itu padaku? Dulu... Kita masih terlalu dini untuk mengerti cinta, apalagi menafsirkannya.

Untukmu, yang mungkin tidak akan membaca tulisan ini

Sedang apa kamu disana? Apakah kau masih ingat sosokku dan bentuk wajahku? Apakah kau masih ingat banyak hal yang terjadi saat kita SD sampai SMP belajar di sekolah yang sama? Ah... Mungkin kau lupa, aku masih mengingat kenangan-kenangan itu karena aku punya perasaan yang berbeda denganmu. Entahlah... mungkin perasaanmu tak sama dengan perasaanku.

Aku masih ingat perpisahan kita kala itu, saat legalisir ijazah di SDN 006 SISODADI, kau mengucapkan selamat, karena nilai UN-ku lebih tinggi dari nilai UN-mu. Yap! Aku selalu berhasil mengalahkanmu :p Saat itu kita juga membicarakan rencana sekolah saat SMP nanti, kita berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Langkahmu dan langkahku terhenti, kita saling menatap, jantungku bereaksi dengan hormon adrenalin, detaknya begitu kencang, kau menggetarkan bibirmu, "Baik-baik ya, Agus."

"Iya, kamu juga ya." jawabku singkat, dengan lengkungan senyum getir di bibir.

Tanpa pengungkapkan. Lalu kita terpisah, di persimpangan gerbang sekolah, karena berbeda arah.

dari seorang lelaki 
yang tak pernah lupa tanggal ulang tahunmu
yang masih saja sering merindukanmu

0 komentar: