Dari Balik Kaca Jendela Kelasku

Aku masih sibuk mencari-cari sosokmu dari balik jendela
Menatap jauh ke arah yang sulit kujangkau dengan pembatas kaca jendela itu
Kamu yang biasanya berjalan santai di koridor-doridor kelas
kali ini tak terlihat batang hidungnya sama sekali
Ah.. kubiarkan sosokmu tak terlihat mataku pagi ini
Padahal selalu saja aku benci kenyataan ini
Mataku tak benar-benar melihat kalau tidak melihatmu
Otakku tak benar-benar berpikir kalau tidak memikirkanmu
Aku masih menunggumu
Dari balik kaca jendela kelasku

Seorang guru sudah sibuk dengan pekerjaannya sendiri
Mengajar
menerangkan
menjelaskan
Ouch!
Sekali lagi aku menatap kaca jendela
Menatap koridor kelas yang mulai terlihat sepi
hanya ada tiupan angin yang bermesraan dengan daun-daun layu
Namun, angin tak membawamu kesini
ke depan mataku
Dari balik kaca jendela kelasku

Mataku masih tertuju pada pemandangan yang disajikan kaca jendela kelasku
Sambil memainkan pensil mekanik yang menempel malas di jemariku
aku masih saja tak mau tahu apa yang terjadi di dalam kelasku
Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi di luar sana
Apa yang terjadi di luar kelasku
yang selama ini selalu kucari tahu
Dari balik kaca jendela kelasku

Bel istirahat maraung lelah
Segera saja kutatap jendela itu
Siapa tahu ada kamu yang berdiri di dekat situ
dengan senyummu
dengan kerlingan matamu

Ah, ya!
Ternyata ada kamu!
20 meter dari jarakku mematung karena menemukan sosokmu
Dengan senyum tanpa tanda tanya
Kusentuh wajahmu
Kusentuh bibirmu yang sering melengkungkan senyum itu
Lalu, kumainkan rambutmu yang hitam itu
Aku bisa menyentuhmu
walau hanya dengan menyentuh kaca jendela dengan jari telunjukku
Dengan menyentuh kaca jendela
aku bisa terus merengkuhmu
Dengan menyentuh kaca jendela
aku bisa terus mencintaimu
dengan caraku sendiri
dengan kerahasiaanku sendiri
dengan sisi gelapku sendiri
Aku bisa mencintamu
walau hanya dari balik kaca jendela kelasku

Aku masih memerhatikanmu dari sini
Tempat yang mungkin tak kau tahu dan kau duga
Masih saja senyumku melebar
Masih saja helaan nafas bahagia terdengar lirih dari sistem respirasiku
Masih saja detak jantung tak beraturan mengacaukan perasaanku

Tiba-tiba saja...
Ah, dia lagi!
Dia menghampirimu lagi!
Seseorang yang tak lagi kau anggap teman
Seseorang yang kini bebas memelukmu dan menikmati senyummu
kapanpun dia mau
Dia menghampirimu
Lalu merangkul tubuhmu
Dia bergelayut manja dibahumu
Lalu kamu hanya tersenyum mesra menatapnya

Aku ragu
Tidak ada lagi detak jantung yang saling memburu kala itu
Kuhempaskan tubuhku hingga ke tempat duduk kaku
yang siap menopang kemarahanku
kemarahan yang tak berdasar pada hak yang kumiliki sebagai seseorang yang memang bukan siapa-siapanya
Seringkali aku bertanya-tanya
Seberapa sulitkah seseorang bisa mencintai dengan perasaan yang bebas?
Tanpa dikekang oleh rasa takut
Tanpa dikekang oleh rasa gengsi yang menjadikannya mati


Dari balik kaca jendela kelasku...


0 komentar: